Popular posts

Asan On Jumat, 31 Januari 2014


The Kapitalis Pasar Bebas Rezim memiskinkan dan memperbudak Jutaan Ibu Indonesia
Untuk kesekian kalinya pada tahun yang sama , rezim kapitalisme pasar bebas memilih Indonesia sebagai tempat mereka untuk merumuskan agenda berbahaya mereka. Setelah KTT APEC pada awal November 2013, tanggal 9 WTO Ministerial Conference diadakan di kota yang sama dari Bali . Hal ini bukan tanpa alasan . Indonesia adalah negara yang sangat kaya dan memiliki posisi yang sangat strategis di kawasan Asia Pasifik yang saat ini telah menjadi pusat perdagangan dunia . Berbagai pertemuan intens dalam hal memastikan keberhasilan agenda perdagangan bebas berarti sangat jelas kepentingan besar dan berencana bahwa negara-negara kapitalis raksasa memiliki dalam negeri yang kaya ini . Berbagai forum dan negosiasi intensif yang dilakukan di berbagai bidang semua dilakukan dalam rangka membangun daerah sebagai pasar utama bagi industri kapitalis raksasa . Hal ini terutama berlaku bagi AS yang masih berjuang untuk memulihkan ekonomi - Situasi ini memaksa untuk mengamankan kepentingan ekonominya di pasar Asia yang menguntungkan melalui APEC , ASEAN , KTT Asia Timur dan khususnya melalui WTO .


Kapitalisme adalah mengisap kekayaan dari tanah Indonesia yang kaya
Banyak orang mungkin tidak bisa langsung membaca bahaya berbagai forum yang mewakili rezim perdagangan bebas ini , sedangkan kemiskinan menyedihkan yang dapat dilihat di dunia Muslim dan global saat ini merupakan akibat langsung dari kecacatan dan ketidakadilan ekonomi , kekayaan , dan manajemen sumber daya lahan dengan sistem buatan manusia , dan terutama oleh sistem kapitalis dan ekonomi pasar bebas . Kebebasan kepemilikan , kebijakan pasar bebas , dan model keuangan berbasis bunga kapitalisme mengakibatkan konsentrasi kekayaan di tangan beberapa elit sementara sisanya telah meninggalkan lapar dan miskin .
Di Indonesia sendiri telah terbukti bahwa sejak penandatanganan kebijakan perdagangan bebas ASEAN oleh pemerintah , setiap tahun ribuan industri nasional bangkrut , belum lagi tingkat melonjaknya impor pangan yang telah meningkat empat kali lipat sejak tahun 2004 . Situasi ini tidak diragukan lagi mengakibatkan peningkatan pengangguran dan kemiskinan yang meluas di tengah masyarakat . Survei BPS mencatat 5,04 juta petani telah ' hilang ' sejak tahun 2003 . Hal ini disebabkan kebijakan sistemik yang menyerang mata pencaharian petani . Sebagai contoh, WTO memerlukan pengurangan bahkan pencabutan subsidi bagi petani yang akhirnya mengalahkan petani untuk bersaing dengan produk impor pertanian yang lebih murah dalam harga . Impor pertanian terus membengkak dan ketergantungan negara pada impor pangan meningkat , seperti dalam kasus kedelai , kacang merah , jagung , daging sapi , sayuran , produk hortikultura bahkan singkong dan garam .
Ditambah dengan legalisasi investasi asing melalui Investasi UU 25/ 2007, pintu investasi asing dibuka seluas-luasnya , dan dinyatakan bahwa kepemilikan asing sektor usaha dalam negeri tidak harus dibatasi . Akibatnya, hampir semua sektor ekonomi seperti pertanian , pertambangan , minyak dan gas, perbankan dan keuangan dapat dikendalikan oleh modal asing di mayoritas bahkan sampai 95 % . Akibatnya , perekonomian negara sebagian besar dikuasai asing . Asing menguasai sebagian besar industri minyak dan gas, perbankan , manufaktur , dll Bahkan hampir semua kebutuhan dasar rakyat di negeri ini dikendalikan oleh industri asing , misalnya : air minum kemasan ( didominasi oleh ' Nestle Pure Life dari perusahaan Swiss dan Danone dari Perancis ' Aqua ' ) ; kedelai kecap ' Cap Bango ' dan ' Sariwangi Tea ' yang dimiliki oleh Unilever - sebuah perusahaan Inggris , susu ' SGM ' dari Sari Husada yang 82 % sahamnya dimiliki oleh Numico dari Belanda ; sabun ' Lux ' ; pasta gigi ' Pepsodent ' dan berbagai shampoo yang dimiliki oleh Unilever , beras impor dari Thailand dan Vietnam , gula yang diimpor dari Meksiko dan India , sepeda motor / mobil dari Jepang, Cina , India , Eropa , Amerika atau perusahaan . Semua jenis peralatan elektronik , komputer, ponsel , yang dibuat oleh perusahaan Jepang , Korea , atau China . Pusat perbelanjaan Perancis ' Carrefour ' , 75 % dari ' saham Alfamart yang dimiliki oleh Carrefour , raksasa dan Hero yang dikuasai oleh Dairy Farm International , AS ' Circle K ' , dan South Korea ' Lotte ' .
Banjir barang impor ditambah dengan dominasi asing kebutuhan dasar masyarakat di Indonesia telah membuat jutaan perempuan dan anak di Indonesia menjadi korban utama dari kemiskinan . Naiknya harga , kelangkaan lapangan kerja bagi suami mereka , dan tingginya biaya pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak mereka - telah menciptakan kesulitan ekonomi dan dimiskinkan jutaan ibu di Indonesia . Lebih dari 7 juta perempuan Indonesia telah dipaksa secara ekonomi menjadi pencari nafkah keluarga mereka , banyak menghadapi eksploitasi dalam negeri dan luar negeri, sementara jutaan anak telah kehilangan kenyamanan dan persahabatan memiliki ibu mereka di rumah . Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa perjanjian kapitalis ditandatangani oleh penguasa dan pemerintah dari dunia Muslim dengan IMF , Bank Dunia , lembaga-lembaga global lainnya , dan negara-negara asing , secara langsung menyebabkan hari ke hari perjuangan keuangan yang parah bahwa massa perempuan di seluruh wilayah hadapi saat ini .

Eksploitasi Jutaan Ibu di Indonesia
Rezim perdagangan bebas juga telah memaksa negara-negara Muslim untuk menerapkan sistem pasar tenaga kerja bebas di mana kapitalis dapat membeli tenaga kerja murah di pasar tenaga kerja tanpa intervensi negara dalam menjamin perlindungan dan kesejahteraan pekerja . Jadi secara alami , jumlah pekerja migran telah meningkat dari tahun ke tahun . Terakhir Organisasi Perburuhan Internasional ( ILO ) laporan mengatakan jumlah pekerja rumah tangga Indonesia - yang mayoritas adalah perempuan - telah meningkat tajam dalam dua tahun terakhir . Apa cerita tragis bangsa kaya ! Jutaan wanita yang telah diperbudak baik di dalam rumah mereka dan di luar negeri ! Kemudian November lalu , kami terkejut oleh laporan Amnesty International yang mengutuk " perbudakan seperti " kondisi yang dihadapi oleh 300.000 perempuan Indonesia yang bekerja di Hong Kong sebagai pembantu rumah tangga , dan menuduh pemerintah tindakan lambat untuk mengatasi masalah tersebut . Tak perlu dikatakan , rezim pasar bebas ini telah menjerumuskan jutaan wanita ke dalam kemiskinan dan membawa mereka ke pusaran eksploitasi tenaga kerja murah berdasarkan hukum besi penawaran dan permintaan .
Gerakan sistemik ini eksploitasi perempuan yang dirancang oleh rezim pasar bebas kapitalis telah mengisap potensi ekonomi perempuan dan memaksa mereka untuk meninggalkan ibu mereka untuk jutaan anak-anak . Kapitalisme telah mengobarkan perang terhadap ibu perempuan di Indonesia . Lebih dari 90 % pekerja di sweatshop di Jakarta adalah perempuan dan mayoritas dari mereka tidak mendapatkan hak untuk menyusui . Sebagai hasil dari ini bayi mereka menderita kekurangan gizi . Apa keadaan menyedihkan ! Ini belum termasuk fakta bahwa 75 % dari para pekerja mengalami kekerasan di tempat kerja . Apa yang harus juga tidak boleh dilupakan adalah kisah pilu anak-anak pekerja migran yang ditinggalkan oleh ibu mereka yang terpaksa karena kemiskinan yang dihasilkan dari sistem pasar bebas kapitalis untuk bekerja jarak jauh di luar negeri . Sekitar 6 juta perempuan Indonesia mempertaruhkan hidup mereka di luar negeri untuk upah sedikit untuk membeli kebutuhan dasar bagi keluarga mereka kembali ke rumah . Selain itu , di Sabah , Malaysia saja diperkirakan bahwa ada sekitar 50 ribu anak-anak pekerja migran yang tidak menerima hak-hak pendidikan yang layak .
Ini merongrong ibu semakin parah dengan hegemoni nilai-nilai liberal sekuler Barat yang semakin menyebar keluarga Muslim di negara-negara Muslim. Peran sebagai ibu dan ibu rumah tangga tidak lagi dianggap sebagai peran mulia bergengsi , karena tidak menguntungkan secara finansial . Kapitalisme tak henti-hentinya mendorong prestasi keuangan lebih dari ibu , merusak peran penting perempuan . Ini menyerang identitas sebenarnya dari perempuan yang melahirkan anak-anak , adalah ibu dari masyarakat , manajer rumah tangga rumah mereka , dan pengasuh anak-anak mereka , dan bergeser ke pemahaman palsu wanita sukses yang selalu dikaitkan dengan pekerjaan .
Di sisi lain , rezim Indonesia justru memfasilitasi Kapitalisme untuk wanita merampok ibu mereka , dengan terus menerapkan dan menyembah sistem kapitalis , nilai-nilai dan sistem ekonomi . Para penguasa di negara-negara Muslim telah menjual tanah dan putri mereka ke negara-negara Barat dan perusahaan , dan mereka terkena eksploitasi . Ini ironis bahwa sementara para penguasa boneka ini selalu membual tentang penguatan kepentingan nasional dan mempromosikan konsep korup dan memecah belah nasionalisme kepada orang-orang , mereka pada saat yang sama melegalkan praktek mega korupsi dengan membiarkan orang-orang , uang dan kekayaan bangsa dan sumber daya untuk dicuri oleh perusahaan asing , demi keuntungan pribadi dan kekayaan yang mereka terima dari majikan mereka di Barat .
Jadi tidak heran negara ini sangat miskin dari generasi masa depan yang berkualitas yang lahir dari rahim ibu yang mulia , karena pendidikan anak-anak tersebut diserahkan kepada sistem pendidikan sekuler dan berorientasi pasar , sementara ibu mereka dipaksa untuk masuk bidang ketenagakerjaan . Melemahnya peran ibu benar-benar akan memiliki dampak yang fatal pada negara ini , yang akan kehilangan generasi berikutnya dan pemimpin masa depan .
Khilafah : A New Vision Politik untuk Indonesia
Islam dengan segala kesempurnaannya menawarkan visi politik yang sama sekali baru untuk dunia termasuk Indonesia , untuk melarikan diri dari belenggu kemiskinan dan jerat penjajahan ekonomi . Visi politik ini terdiri dari kepemimpinan tunggal bagi umat Islam di seluruh dunia yaitu Khilafah Islamiyah , yang akan membentuk Khalifah yang tulus yang akan mengangkat beban ekonomi mereka dari punggung mereka dan menempatkannya di atas bahunya . Sistem Khilafah Islam sendiri menawarkan kebijakan ekonomi yang sehat yang telah teruji oleh waktu dan mampu mengangkat wanita di dunia Muslim dari rasa sakit kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan , maka menghapus penderitaan mereka dan membawa perubahan nyata bagi kehidupan mereka . Islam sangat bertolak belakang dengan sistem kapitalis yang mengekang peran negara dan menekankan peran pasar . Nabi ( saw) mengatakan ,
« فالإمام الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته »
" Sebuah Imam adalah seorang gembala ( ra'in ) dan dia bertanggung jawab bagi mereka dalam perawatan . "
Oleh karena itu peran negara sangat penting dalam Islam dalam mengurus kebutuhan rakyat . Tugas utamanya adalah untuk melayani dan mengurus kebutuhan setiap warga negara , melindungi masyarakat yang rentan , dan mencegah ketidakadilan melalui implementasi yang komprehensif dari hukum Syariah Islam . Khilafah dengan visi politik lurus akan mampu menarik keluar Indonesia dari jerat imperialisme ekonomi sementara juga memuliakan jutaan perempuan . Hal ini dicapai dengan prinsip-prinsip Islam sebagai berikut :
1 . Khilafah memiliki visi ekonomi independen yang akan mempertahankan kedaulatan ekonomi . Khilafah adalah sebuah negara dengan visi ekonomi independen yang tidak tunduk pada keinginan pemerintah asing atau perusahaan multinasional , Khilafah akan mengakhiri kebijakan luar negeri lemah dari kepemimpinan Muslim saat ini yang didasarkan pada pengajuan ke Barat , nasionalisme dan pengkhianatan rakyat mereka . Oleh karena itu, Khilafah tidak akan menerima utang luar negeri atau perjanjian yang mengambil kedaulatan dari negara . Hal ini karena Syariah Islam mewujudkan pola yang berbeda dalam hubungan internasional , yang memerlukan penolakan intervensi asing atau dominasi bentuk apa pun - apakah perjanjian multilateral , investasi asing , utang luar negeri , atau gaya lain yang akan menghilangkan kemerdekaan Khilafah . Oleh karena itu , itu akan menjadi tidak sah bagi Khilafah untuk menerima kebijakan pasar bebas atau rezim yang disebarkan oleh Amerika Serikat , China , dan negara-negara industri Barat yang secara jelas membuka jalan bagi negara-negara kufur untuk mendominasi dan mengontrol kekayaan , ekonomi dan politik tanah Muslim . Hal ini secara tegas dilarang dalam Islam sebagai kata Allah ( swt ) ,
( ( ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا ) )
" ... Dan Allah tidak akan pernah memberikan orang-orang kafir atas orang-orang percaya cara [ untuk mengatasinya ] " [ TMQ An- Nisa : 141 ]

2 . Khilafah sepenuhnya mengontrol sumber daya publik dan perjanjian perdagangan internasional . Khilafah akan mengelola semua sumber daya publik dan menggunakannya untuk kepentingan publik sehingga semua orang bisa menikmati manfaat dari aset kritis mereka . Miliaran dolar yang dihasilkan dari pengelolaan sumber daya alam yang akan digunakan untuk pendidikan , kesehatan , pertahanan , infrastruktur , dan pengentasan kemiskinan . Khilafah juga akan melarang semua bentuk akumulasi kekayaan , pastikan bahwa kekayaan beredar di antara orang-orang dan memberikan insentif untuk belanja dan investasi dalam bisnis . Ini terintegrasi dengan kebijakan ekonomi yang melarang investasi asing yang berat dalam pembangunan infrastruktur , pertanian , industri dan teknologi . Sementara itu, perdagangan luar negeri dikontrol sepenuhnya oleh negara dan ditujukan untuk memperkuat stabilitas politik di negara itu , dakwah Islam , dan ekonomi domestik .
3 . Khilafah menempatkan dasar utama kebijakan ekonomi setelah memenuhi kebutuhan masyarakat . Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin pemenuhan semua dasar ( primer) kebutuhan setiap individu dalam masyarakat dan memungkinkan mereka untuk memperoleh kemewahan . Dalam kitab al- Amwaal Abu Ubaidah , itu adalah mengatakan bahwa Khalifah Umar bin Al- Khattab pernah mengatakan kepada karyawannya yang bertugas mendistribusikan sedekah : " Jika Anda memberi , membuatnya cukup, " lalu berkata lagi , " Berikan sedekah kepada mereka berulang kali meskipun salah satu dari mereka memiliki seratus unta . " Mashallah ! Sebagai penguasa negara , ia menerapkan kebijakan ekonomi Islam yang menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Ia juga mendanai pernikahan Muslim yang tidak mampu untuk menikah , melunasi utang-utang mereka , dan memberikan dukungan keuangan kepada petani untuk mengolah tanah mereka . Demikian pula , masa depan Khilafah tidak hanya akan memastikan orang memiliki kebutuhan mereka terpenuhi , tetapi juga membuat mereka mandiri melalui hibah atau pinjaman bebas bunga untuk pertanian tanah mereka atau memberikan modal untuk bisnis mereka .

4 . Khilafah memuliakan dan melindungi perempuan dan peran mereka sebagai ibu . Islam adalah sebuah ideologi yang menempatkan perlindungan kehormatan perempuan sebagai prioritas . Mereka dipandang sebagai martabat yang harus dilindungi dan dipelihara secara finansial dan tidak dipandang sebagai tenaga kerja murah . Khilafah karena itu akan menjaga kehormatan perempuan dan akan pernah membuat mereka sebagai komoditas perdagangan internasional . Dalam kehidupan negara Khilafah , kerja hanya sebuah pilihan bagi wanita , dan tidak sesuatu yang dipaksakan kepadanya karena tuntutan dari kesulitan ekonomi . Jika dia ingin , dia dapat bekerja . Jika dia tidak ingin bekerja , dia tidak dipaksa untuk melakukannya . Dalam Khilafah , pilihan ini dapat diambil secara bebas oleh perempuan , karena Islam menjamin kebutuhan dasar perempuan melalui mewajibkan suami atau ayah untuk menyediakan bagi keluarga mereka , atau mewajibkan saudara laki-laki untuk mempertahankan finansial saudara perempuan mereka ketika mereka tidak memiliki suami atau ayah , atau mereka ada tetapi tidak dapat memberikan cukup . Selain itu, Negara Khilafah secara finansial mendukung perempuan yang rentan yang tidak memiliki siapa pun untuk menjamin keamanan ekonomi mereka seperti janda miskin , sesuai dengan firman Allah ( swt ) ,
( ( وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف لا تكلف نفس إلا وسعها لا تضار والدة بولدها ولا مولود له بولده وعلى الوارث مثل ذلك ) )
" ... Ayah anak harus menanggung biaya makanan ibu dan pakaian secara wajar . Tidak seorang pun memiliki beban menyentuh-Nya lebih besar daripada yang bisa menanggung . Tidak ada ibu harus diperlakukan tidak adil karena anaknya , atau seorang ayah karena anaknya . Dan pada pewaris ( ayah ) adalah incumbent seperti itu (yang menjabat pada ayah ) " . [ TMQ Al - Baqarah : 233 ]
Selain itu , perempuan di mata Islam memiliki peran yang sangat penting sebagai ibu yang melahirkan dan mendidik generasi penerus bangsa . Di tangan perempuan generasi terbaik atau khairu ummah yang Allah ( swt ) telah disebutkan dalam Al-Qur'an akan terbentuk ,
( ( كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منه المؤمنون وأكثرهم الفاسقون ) )
" Kamu adalah umat terbaik yang dihasilkan [ sebagai contoh ] bagi umat manusia . Anda memerintahkan apa yang benar dan melarang apa yang salah dan beriman kepada Allah . Jika hanya Ahli Kitab telah percaya , itu akan lebih baik bagi mereka . Di antara mereka adalah orang percaya , tapi kebanyakan dari mereka adalah menantang taat " . [ TMQ Ali Imran : 110 ]
Umat ini sangat membutuhkan seorang pemimpin yang akan membawa mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya . Dan kita perlu ibu yang akan menghasilkan para pemimpin besar . Jutaan ibu saat ini yang menghadapi eksploitasi ekonomi di seluruh dunia Muslim akan memiliki cerita yang sama sekali berbeda di bawah naungan Khilafah yang merupakan sistem yang sangat kredibel yang memiliki pendekatan yang telah teruji dalam menangani kemiskinan , menciptakan generasi brilian pemuda , dan memelihara kehormatan perempuan

The Capitalist Free Market Regime Impoverishes and Enslaves Millions of Indonesian Mothers
For the umpteenth time in the same year, the capitalism free market regimes chose Indonesia as their place to formulate their dangerous agenda. After the APEC Summit in early November 2013, the 9th WTO Ministerial Conference was held in the same city of Bali. It is not without reason. Indonesia is a very rich country and has a very strategic position in the Asia Pacific region which today has become the center of world trade. The various intense meetings in regards to ensuring the success of the free trade agenda implies very clearly the huge interests and plans that giant Capitalist countries have within this rich country. Various forums and intensive negotiations conducted in various fields were all done in order to establish the region as a major market for giant industrial capitalists. This is especially true for the U.S. which is still struggling to recover its economy – this situation forcing it to secure its economic interests in the lucrative Asian market through APEC, ASEAN, the East Asian Summit and especially through the WTO.

Capitalism is sucking the wealth from Indonesia’s rich land
Many people may not be able to directly read the danger of various forums that represent this free trade regime, whereas the saddening poverty that can be seen in the Muslim world and globally today is a direct result of the disability and the injustice of economic, wealth, and land resources management by man-made systems, and especially by the capitalist system and free market economy. Freedom of ownership, free market policies, and the interest-based finance model of capitalism resulted in wealth concentration in the hands of a few elite while the rest have been left hungry and poor.
In Indonesia alone it has been proven that since the signing of ASEAN free trade policies by the government, every year thousands of national industries have gone bankrupt, not to mention the soaring rate of food imports that have quadrupled since 2004. This situation has undoubtedly resulted in increased unemployment and widespread poverty amongst the peoples. The BPS survey recorded 5.04 million farmers have been ‘lost’ since 2003. This is due to a systemic policy that attacks the livelihood of the farmers. For example, the WTO requires the reduction even the revocation of subsidies for farmers that eventually defeats farmers to compete with agricultural import products that are cheaper in price. Agricultural imports has continued to swell and the country’s dependence on food imports is increasing, as in the case of soybeans, red beans, corn, beef, vegetables, horticultural products even cassava and salt.
Coupled with the legalization of foreign investment through the Investment Law No. 25/2007, the door of foreign investment was opened as wide as possible, and it was stated that foreign ownership of domestic business sectors should not be restricted. Consequently, almost all economic sectors such as agriculture, mining, oil and gas, banking and finance may be controlled by foreign capital in the majority even up to 95%. As a result, the country’s economy is largely controlled by foreigners. Foreigners control most of the oil and gas industry, banking, manufacturing, etc. Even almost all of the basic needs of the people in this country is controlled by foreign industries, for example: bottled water (dominated by ‘Nestle Pure Life’ from a Swiss company and Danone of France ‘Aqua’); soya ketchup ‘Cap Bango’ and ‘Sariwangi Tea’ owned by Unilever – a UK company; ‘SGM’ milk of Sari Husada which is 82% owned by Numico from the Netherlands; soap ‘Lux’; toothpaste ‘Pepsodent’ and various shampoos owned by Unilever; imported rice from Thailand and Vietnam, imported sugar from Mexico and India; motorcycle/cars from Japanese, Chinese, Indian, European, or American companies. All kinds of electronic equipment, computers, mobile phones, are made by companies of Japan, Korea, or China. Shopping center French’s ‘Carrefour’, 75% of ‘Alfamart’s share owned by Carrefour; Giant and Hero are mastered by Dairy Farm International, U.S.’s ‘Circle K’, and South Korean’s ‘Lotte’.
The flood of imported goods augmented by foreign domination of people’s basic needs in Indonesia have made millions of women and children in Indonesia become the primary victims of poverty. Rising prices, scarcity of jobs for their husbands, and high cost of education and healthcare for their children – has created economic hardships and impoverished millions of mothers in Indonesia. More than 7 million Indonesian women have been economically forced to be the breadwinners of their family, many facing exploitation within the country and abroad, while millions of children have lost the comfort and companionship of having their mothers at home. So it is undeniable that the capitalist agreements signed by the rulers and governments of the Muslim world with the IMF, the World Bank, other global institutions, and foreign states, have directly caused the day to day severe financial struggle that the masses of women across the region face today.

The Exploitation of Millions of Mothers in Indonesia
The free trade regime has also forced Muslim countries to apply a free labor market system where the Capitalists can buy cheap labor in the labor market without state intervention in ensuring the protection and welfare of the workers. So naturally, the number of migrant workers has increased from year to year. The last International Labour Organisation (ILO) report said the number of Indonesian domestic workers – of which the majority are women – has increased sharply in the last two years. What a tragic story of a wealthy nation! Millions of its women have been enslaved both within their home and abroad! Then last November, we were shocked by Amnesty International’s report that condemned the “slavery like” conditions faced by the 300,000 Indonesian women working in Hong Kong as domestic helpers, and accused the authorities of slow action to address the problem. Needless to say, this free market regime has plunged millions of women into poverty and led them to the vortex of cheap labor exploitation based on its iron law of supply and demand.
This systemic movement of women’s exploitation which is designed by the capitalist free market regime has been sucking the economic potential of women and forcing them to abandon their motherhood to millions of children. Capitalism has waged a war against women’s motherhood in Indonesia. More than 90% of workers in the sweatshops in Jakarta are women and the majority of them do not get the right to breastfeed. As a result of this their babies are suffering from malnutrition. What a miserable state! This does not include the fact that 75% of those workers experienced violence in the workplace. What should also not be forgotten is the melancholy story of the children of migrant workers who are abandoned by their mothers who are forced through poverty resulting from the capitalist free-market system to work far distances overseas. About 6 million Indonesian women are risking their lives abroad for a meager wage to afford basic necessities for their families back home. Furthermore, in Sabah, Malaysia alone it is estimated that there are about 50 thousand children of migrant workers who do not receive proper education rights.
This undermining of motherhood is getting worse with the hegemony of Western secular liberal values that increasingly pervades Muslim families in Muslim countries. The role of being a mother and homemaker is no longer regarded as a prestigious noble role, because it is not financially rewarding. Capitalism unceasingly encourages financial achievement over motherhood, damaging the vital role of women. This attacks the true identity of women who give birth to children, are the mothers of society, household managers of their homes, and nurturers of their children, and shifts it to the false understanding of successful women which is always associated with employment.
On the other hand, the Indonesian regime precisely facilitates Capitalism to rob women of their motherhood, by continuing to implement and worship the Capitalist system, in its values and economic system. The rulers in Muslim countries have sold their lands and daughters to the Western countries and companies, and exposed them to exploitation. It’s ironic that while these puppet rulers always boast about strengthening national interests and promote the corrupt and divisive concept of nationalism to the people, they at the same time legalize the practice of mega corruption by allowing the people, money and the nation’s wealth and resources to be stolen by foreign companies, for the sake of personal benefit and wealth they receive from their masters in the West.
So no wonder this country is very poor of the qualified future generation that was born from the womb of the noble mothers, because the education of these children is handed over to the secular and market-oriented education system, while their mothers are forced to enter the realm of employment. The weakening of the motherhood role will absolutely have a fatal impact on this country, which will lose its next generation and future leaders.
The Khilafah: A New Political Vision for Indonesia
Islam with all its perfection offers an entirely new political vision to the world including Indonesia, to escape from the shackles of poverty and the meshes of economic colonization. This political vision consists of a single leadership for Muslims around the world namely the Khilafah Islamiyah, which will establish a sincere Khaleefah who will lift their economic burdens from their backs and place it upon his shoulders. The Islamic Khilafah system alone offers sound economic policies that have stood the test of time and are able to lift the women in the Muslim world from the pain of poverty and create sustainable economic welfare, hence removing their suffering and bringing real change to their lives. Islam stands in stark contrast to the capitalist system that curbs the role of the state and emphasizes the role of the market. The Prophet (saw) said,
«فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
“An Imam is a shepherd (ra’in) and he is responsible for those in his care.”
Therefore the state’s role is vital in Islam in taking care of the needs of the people. Its main task is to serve and take care of the needs of every citizen, protect the vulnerable, and prevent any injustice through the comprehensive implementation of the Islamic Shariah laws. The Khilafah with its straight political vision will be able to pull Indonesia out from the snare of economic imperialism while also glorifying its millions of women. This is achieved with the following Islamic principles:
1. The Khilafah has an independent economic vision that will maintain its economic sovereignty. The Khilafah is a state with an independent economic vision which is not subordinated to the whims of foreign governments or multinational corporations, The Khilafah will end the weak foreign policy of the current Muslim leaderships that are based upon submission to the West, nationalism and the betrayal of their people. Therefore, the Khilafah will not accept any foreign debt or any agreements that take sovereignty away from the state. This is because the Islamic Shariah embodies a distinct pattern in international relations, which necessitates the rejection of any foreign intervention or domination whatever form it takes – whether a multilateral agreement, foreign investment, foreign debt, or any other style that would eliminate the independence of the Khilafah. Hence, it would be illegitimate for the Khilafah to accept the free market policies or regime propagated by the United States, China, and Western industrialized countries which clearly pave the way for Kufr countries to dominate and control the wealth, economics and politics of Muslims lands. It is expressly forbidden in Islam as Allah (swt) says,
((وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا))
“…and never will Allah give the disbelievers over the believers a way [to overcome them]” [TMQ An-Nisa: 141]

2. The Khilafah fully controls its public resources and international trade agreements. The Khilafah will manage all its public resources and use them for public purposes so that all the people could enjoy the benefits of their critical assets. The billions of dollars generated from the management of its natural resources will be spent on education, health, defense, infrastructure, and poverty alleviation. The Khilafah would also ban all forms of wealth accumulation, make sure that the wealth circulates amongst the people and provide incentives for spending and investment in business. This is integrated with an economic policy that prohibits heavy foreign investment in infrastructure development, agriculture, industry and technology. Meanwhile, foreign trade is controlled entirely by the state and is aimed at strengthening political stability in the country, the da’wah of Islam, and the domestic economy.
3. The Khilafah places the main basis of its economic policy upon meeting people’s needs. The Khilafah will implement the Islamic economic system that ensures the fulfillment of all basic (primary) needs of every individual in society and enables them to acquire luxuries. In the book of al-Amwaal of Abu Ubaidah, it is told that Khalifah Umar ibn Al-Khattab once told his employees in charge of distributing sadaqah: “If you do give, make it sufficient,” then said again, “Give alms to them repeatedly even though one of them had a hundred camels.” Mashallah! As the ruler of the state, he implemented the Islamic economic policy which guarantees the fulfillment of the primary needs of the people. He also funded the marriage of Muslims who could not afford to get married, paid their debts, and provided financial support to farmers to cultivate their lands. Similarly, the future Khilafah will not only ensure people have their needs met but also make them self-sufficient through grants or interest-free loans to farm their land or provide capital for their business.

4. The Khilafah glorifies and protects women and their role of motherhood. Islam is an ideology that places the protection of the honor of women as a priority. They are viewed as a dignity that must be protected and financially maintained and NOT seen as cheap labor. The Khilafah will therefore preserve the honor of women and WILL NEVER make them as an international trade commodity. In the life of the Khilafah state, employment is just an option for the woman, and NOT something forced upon her due to the demands of economic hardship. If she wants, she may work. If she does not want to work, she is not pressured to do so. In the Khilafah, this option can be taken freely by women, because Islam guarantees the basic needs of women through obliging the husband or father to provide for their family, or obliging a male relative to financially maintain their female relatives when they have no husband or father, or they exist but cannot provide sufficiently. In addition, the Khilafah State financially supports vulnerable women who do not have anyone to ensure their economic security such as the poor widows, according to the words of Allah (swt),
((وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ))
“…the father of the child shall bear the cost of the mother’s food and clothing on a reasonable basis. No person shall have a burden laid on him greater than he can bear. No mother shall be treated unfairly on account of her child, nor father on account of his child. And on the (father’s) heir is incumbent the like of that (which was incumbent on the father).” [TMQ Al-Baqarah: 233]
Besides that, women in the eyes of Islam have an extremely critical role as the mothers who give birth to and educate the future generation. In the hands of women the best generation or khairu ummah that Allah (swt) has mentioned in the Qur’an will be formed,
((كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ))
“You are the best nation produced [as an example] for mankind. You enjoin what is right and forbid what is wrong and believe in Allah. If only the People of the Scripture had believed, it would have been better for them. Among them are believers, but most of them are defiantly disobedient.” [TMQ Ali Imran: 110]
This Ummah desperately needs a leader who will bring them out from the darkness into the light. And we need mothers who will generate those great leaders. Millions of mothers today who face economic exploitation throughout the Muslim world will have an entirely different story under the shade of the Khilafah which is a highly credible system that has a time-tested approach in dealing with poverty, creating brilliant generations of youth, and maintaining the honor of women.

في السوق الحرة الرأسمالية نظام يفقر و يستعبد الملايين من الأمهات الاندونيسية
للمرة الألف في نفس العام ، اختارت الأنظمة السوق الحرة الرأسمالية اندونيسيا كمكان ل وضع جدول أعمالهم الخطرة. بعد قمة الابيك فى اوائل نوفمبر تشرين الثاني عام 2013، عقد المؤتمر الوزاري لمنظمة التجارة العالمية 9 في نفس مدينة بالي. فإنه ليس من دون سبب. واندونيسيا هي دولة غنية جدا ، ولها موقع استراتيجي جدا في منطقة آسيا والمحيط الهادئ الذي أصبح اليوم مركزا للتجارة العالمية. اجتماعات مكثفة المختلفة في ما يخص ضمان نجاح جدول أعمال التجارة الحرة يعني بكل وضوح مصالح ضخمة و خطط أن البلدان الرأسمالية العملاقة لديها في هذا البلد الغني . مختلف المحافل و المفاوضات المكثفة التي أجريت في مختلف المجالات و فعلت كل من أجل إقامة المنطقة كسوق رئيسية ل رؤوس الأموال الصناعية العملاقة. هذا ينطبق بشكل خاص بالنسبة للولايات المتحدة التي لا تزال تكافح للتعافي اقتصادها هذا - وهذا الوضع اضطرها لتأمين مصالحها الاقتصادية في السوق الآسيوية المربحة من خلال الابيك و الاسيان ، وقمة شرق آسيا و خاصة من خلال منظمة التجارة العالمية.

الرأسمالية هو امتصاص الثروة من أرض غنية اندونيسيا
كثير من الناس قد لا يكون قادرا على قراءة مباشرة خطر المحافل المختلفة التي تمثل هذا نظام التجارة الحرة ، في حين أن الفقر المحزن والتي يمكن مشاهدتها في العالم مسلم وعالميا اليوم هو نتيجة مباشرة لل عجز وظلم الاقتصادية ، والثروة ، وإدارة موارد الأراضي من قبل أنظمة من صنع الإنسان، وخاصة من قبل النظام الرأسمالي و اقتصاد السوق الحر . أدت حرية الملكية، و سياسات السوق الحرة ، ونموذج التمويل القائم على الفائدة للرأسمالية في تركيز الثروة في أيدي قلة من النخبة في حين تم ترك بقية الجياع والفقراء .
في إندونيسيا وحدها ثبت أنه منذ التوقيع على سياسات التجارة الحرة للاسيان من قبل الحكومة، قد ذهب كل عام الآلاف من الصناعات الوطنية المفلسة ، ناهيك عن ارتفاع معدل الواردات الغذائية التي تضاعفت أربع مرات منذ عام 2004. وقد أدى هذا الوضع بلا شك في زيادة البطالة وانتشار الفقر بين الشعوب. سجلت الدراسة BPS تم 5040000 المزارعين فقدت ' منذ عام 2003. ويرجع ذلك إلى السياسة المنهجية التي يهاجم معيشة المزارعين هذا . على سبيل المثال، يتطلب منظمة التجارة العالمية خفض حتى إلغاء الإعانات للمزارعين أن يهزم في نهاية المطاف المزارعين على المنافسة مع المنتجات المستوردة الزراعية التي هي أرخص في السعر. واصلت الواردات الزراعية إلى تضخم و اعتماد البلاد على الواردات الغذائية في تزايد مستمر، كما في حالة فول الصويا و الفاصوليا الحمراء والذرة ، ولحم البقر والخضروات و المنتجات البستانية حتى الكسافا والملح.
إلى جانب إضفاء الصفة القانونية على الاستثمار الأجنبي من خلال قانون الاستثمار رقم 25/2007 ، تم فتح باب الاستثمار الأجنبي على أوسع نطاق ممكن ، و ذكر أن ملكية الأجانب لل القطاعات المحلية لا ينبغي أن تكون مقيدة. بالتالي ، وكلها تقريبا القطاعات الاقتصادية مثل الزراعة والتعدين والنفط والغاز ، والخدمات المصرفية والمالية قد يسيطر عليها رأس المال الأجنبي في الغالبية حتى تصل إلى 95 ٪ . ونتيجة لذلك ، يتم التحكم اقتصاد البلاد إلى حد كبير من قبل الأجانب. الأجانب يسيطرون على معظم صناعة النفط والغاز ، والخدمات المصرفية ، والصناعة التحويلية ، الخ وحتى ما يقرب من جميع الاحتياجات الأساسية للشعب في هذا البلد و التي تسيطر عليها الصناعات الأجنبية ، على سبيل المثال : المياه المعبأة في زجاجات ( التي تهيمن عليها " نستله بيور لايف " من الشركة السويسرية و دانون من فرنسا ' أكوا ')؛ الصويا الصلصة ' كاب بانغو ' و ' Sariwangi الشاي " التي تملكها شركة يونيليفر - شركة بريطانية ؛ الحليب ' SGM ' ساري هوسادا الذي هو 82 ٪ مملوكة من قبل Numico من هولندا ؛ الصابون ' لوكس '؛ معجون الأسنان ' Pepsodent ' ومختلف الشامبو التي تملكها شركة يونيليفر ؛ الأرز المستورد من تايلاند وفيتنام والسكر المستوردة من المكسيك و الهند؛ دراجة نارية / سيارات من اليابانية والصينية و الهندية والأوروبية ، أو شركات أمريكية . يتم إجراء جميع أنواع المعدات الإلكترونية، و أجهزة الكمبيوتر ، والهواتف النقالة، عن طريق شركات من اليابان وكوريا ، أو الصين. '؛ يتم يتقن العملاق و البطل من خلال مزرعة ألبان الدولية ، ولايات المتحدة حصة Alfamart المملوكة من قبل كارفور ' دائرة K ' ، والكورية الجنوبية ' لوت ' مركز تسوق الفرنسية " كارفور " ، و 75 ٪ من .
جعلت طوفان البضائع المستوردة عن طريق زيادة السيطرة الأجنبية من الاحتياجات الأساسية الناس في اندونيسيا الملايين من النساء والأطفال في إندونيسيا أن تصبح أول ضحايا الفقر. ارتفاع الأسعار، و ندرة فرص العمل لأزواجهن ، و ارتفاع تكاليف التعليم والرعاية الصحية لأطفالهم - قد خلق المصاعب الاقتصادية و إفقار الملايين من الأمهات في إندونيسيا . وقتل اكثر من 7 ملايين النساء الإندونيسيات اضطر اقتصاديا ل يكون المعيل ل أسرهم، و الكثيرة التي تواجه الاستغلال داخل البلاد وخارجها ، في حين خسر الملايين من الأطفال الراحة والرفقة وجود أمهاتهم في المنزل. لذلك فإنه لا يمكن إنكار أن الاتفاقات التي وقعتها الرأسمالي حكام و حكومات العالم مسلم مع صندوق النقد الدولي ، والبنك الدولي ، والمؤسسات العالمية الأخرى ، و الدول الأجنبية ، تسببت مباشرة في اليوم إلى النضال مالية حادة اليوم أن الجماهير من النساء في جميع أنحاء المنطقة نواجهها اليوم.

استغلال الملايين من الأمهات في إندونيسيا
وقد أجبر نظام التجارة الحرة أيضا البلدان مسلم لتطبيق نظام حر سوق العمل حيث يمكن لل الرأسماليين شراء اليد العاملة الرخيصة في سوق العمل دون تدخل الدولة في ضمان حماية و رفاهية العمال. وذلك بطبيعة الحال ، ازداد عدد العمال المهاجرين من سنة إلى أخرى . وقال الماضي منظمة العمل الدولية ( ILO) التقرير عدد من عاملات المنازل الأندونيسيات - زاد بشكل حاد في العامين الماضيين - والتي غالبية من النساء. ما قصة مأساوية للأمة ثرية ! وقد استعبد الملايين من النساء على حد سواء داخل وطنهم وخارجه ! ثم في تشرين الثاني الماضي ، ونحن صدمنا تقرير منظمة العفو الدولية الذي أدان " العبودية مثل" الظروف التي تواجهها 300،000 النساء الإندونيسيات العاملات في هونغ كونغ كما خدم المنازل ، و اتهم السلطات من بطء العمل لمعالجة هذه المشكلة . وغني عن القول ، وهذا النظام السوق الحرة وانخفضت الملايين من النساء في براثن الفقر و قادهم إلى دوامة من استغلال العمالة الرخيصة على أساس القانون الحديد المتمثلة في العرض والطلب.
هذه الحركة النظامية من استغلال المرأة الذي تم تصميمه من قبل النظام الرأسمالي السوق الحرة تم مص الإمكانات الاقتصادية للمرأة و إجبارهم على التخلي عن الأمومة ل ملايين الأطفال. الرأسمالية قد شنت حربا ضد الأمومة المرأة في إندونيسيا. أكثر من 90 ٪ من العمال في المصانع المستغلة للعمال في جاكرتا هم من النساء و الغالبية منهم لا يحصلون على الحق في الرضاعة الطبيعية. نتيجة ل هذا أطفالهن يعانون من سوء التغذية. ما حالة بائسة ! وهذا لا يشمل حقيقة أن 75٪ من هؤلاء العمال تعرضوا للعنف في مكان العمل. ما ينبغي أيضا ألا ننسى هي قصة حزن من أطفال العمال المهاجرين الذين يتخلى عنهم أمهاتهم الذين يجبرون من خلال الفقر الناجم عن نظام السوق الحرة الرأسمالية للعمل مسافات بعيدة في الخارج. حوالي 6 ملايين امرأة إندونيسية يخاطرون بحياتهم في الخارج مقابل أجر هزيل على تحمل الضروريات الأساسية لأسرهم في الوطن. علاوة على ذلك، في الصباح ، ماليزيا وحدها يقدر أن هناك نحو 50 ألف طفل من العمال المهاجرين الذين لا يحصلون على حقوق التعليم المناسب .
هذا تقويض الأمومة يزداد سوءا مع هيمنة القيم الليبرالية العلمانية الغربية التي تعم متزايد الأسر مسلم في البلدان مسلم . لم يعد ينظر إلى دور كونها أما و ربة منزل باعتباره الدور النبيل المرموقة، لأنه ليس مجزيا من الناحية المالية . الرأسمالية تشجع دون توقف الإنجاز المالية على الأمومة ، وإلحاق أضرار بالدور الحيوي للمرأة . هذا يهاجم الهوية الحقيقية لل نساء اللاتي يلدن أطفالا ، و أمهات المجتمع ، ومديري المنزلية من منازلهم ، و تنشئة أطفالهم ، و تحول ذلك إلى الفهم الخاطئ للمرأة الناجحة التي يرتبط دائما مع العمل.
من ناحية أخرى، فإن النظام الاندونيسي يسهل على وجه التحديد الرأسمالية للنساء تسلب الأمومة بهم، من خلال الاستمرار في تنفيذ و عبادة النظام الرأسمالي ، في قيمها و النظام الاقتصادي. باعوا الحكام في البلدان مسلم الأراضي وبناتهم إلى الدول الغربية والشركات ، و يعرضهم للاستغلال. ومن المفارقات أنه في حين أن هؤلاء الحكام دمية يتباهى دائما عن تعزيز المصالح الوطنية و تعزيز مفهوم الفساد و انقسام القومية للشعب ، فإنها في الوقت نفسه إضفاء الشرعية على ممارسة الفساد الضخمة من خلال السماح للشعب ، والمال والثروة في البلاد والموارد ل تكون مسروقة من قبل الشركات الأجنبية ، من أجل المنفعة الشخصية والثروة التي يتلقونها من سادتهم في الغرب.
لذلك لا عجب هذا البلد الفقير جدا من جيل المستقبل المؤهلة التي ولدت من رحم أمهات النبيلة ، لأنه يتم تسليم تعليم هؤلاء الأطفال لأكثر من نظام التعليم العلماني و الموجهة نحو السوق ، في حين يضطرون لدخول أمهاتهم مجال العمل. فإن إضعاف دور الأمومة على الاطلاق تأثير فادح على هذا البلد ، والتي سوف تفقد الجيل المقبل و قادة المستقبل .
الخلافة : رؤية سياسية جديدة ل إندونيسيا
الإسلام بكل الكمال يقدم رؤية سياسية جديدة كليا للعالم بما في ذلك إندونيسيا ، للهروب من أغلال الفقر و تنسجم الاستعمار الاقتصادي. تتكون هذه الرؤية السياسية لل قيادة واحدة للمسلمين في جميع أنحاء العالم وهي دولة الخلافة الإسلامية ، والتي سوف تنشئ خليفة مخلص الذي سوف يرفع الأعباء الاقتصادية من ظهورهم ووضعه على كتفيه . نظام الخلافة الإسلامية وحدها تقدم السياسات الاقتصادية السليمة التي صمدت امام اختبار الزمن و قادرون على رفع النساء في العالم مسلم من آلام الفقر وخلق الرفاهية الاقتصادية المستدامة ، وبالتالي إزالة معاناتهم وتحقيق تغيير حقيقي في حياتهم. الإسلام يقف في تناقض صارخ مع النظام الرأسمالي الذي يحد من دور الدولة وتؤكد على دور السوق . قال النبي ( ص) ،
« فالإمام الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته »
" إن الإمام راع ( ra'in ) وانه هو المسؤول عن تلك الموجودة في رعايته ".
وبالتالي دور الدولة هو أمر حيوي في الإسلام في رعاية احتياجات الشعب. مهمتها الرئيسية هي لخدمة ورعاية لاحتياجات كل مواطن ، وحماية الضعفاء ، ومنع أي ظلم من خلال تنفيذ شامل ل قوانين الشريعة الإسلامية . فإن الخلافة مع رؤيتها السياسية مستقيم تكون قادرة على سحب إندونيسيا الخروج من فخ الامبريالية الاقتصادية بينما تمجد أيضا الملايين من النساء. ويتحقق هذا مع المبادئ الإسلامية التالية :
1 . الخلافة لديه رؤية اقتصادية مستقلة من شأنها الحفاظ على السيادة الاقتصادية. الخلافة هي دولة مع الرؤية الاقتصادية المستقلة التي لا تخضع لأهواء الحكومات الأجنبية أو الشركات المتعددة الجنسيات، وسوف الخلافة إنهاء السياسة الخارجية ضعيفة من القيادات مسلم الحالية التي تستند إلى تقديمها إلى الغرب ، والقومية و الخيانة من شعوبها. وبالتالي ، فإن الخلافة لن تقبل أي الديون الخارجية أو أي اتفاقات التي تأخذ السيادة بعيدا عن الدولة. وذلك لأن الشريعة الإسلامية يجسد نمطا متميزا في العلاقات الدولية، وهو الأمر الذي يتطلب رفض أي تدخل أجنبي أو الهيمنة أيا كان الشكل الذي يتخذه - ما إذا كان اتفاق متعدد الأطراف ، والاستثمار الأجنبي ، والديون الخارجية ، أو أي نمط آخر من شأنها أن تقضي على استقلال الخلافة . وبالتالي ، فإنه سيكون غير شرعي ل دولة الخلافة لقبول سياسات السوق الحرة أو النظام التي تروجها الولايات المتحدة ، والصين، و الدول الصناعية الغربية التي تمهد الطريق بشكل واضح ل دول الكفر في الهيمنة والسيطرة على الثروة والاقتصاد والسياسة من أراضي المسلمين . يحظر صراحة في الإسلام كما قال الله ( سبحانه وتعالى ) يقول:
( ( ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا ) )
" ... و أبدا إن الله يعطي الكفار على المؤمنين سبيلا [ للتغلب عليها ] " [ TMQ النساء: 141 ]

2 . الخلافة تسيطر بشكل كامل موارده العامة و اتفاقيات التجارة الدولية. فإن الخلافة إدارة جميع الموارد العامة و استخدامها للأغراض العامة حتى يتسنى لجميع الناس يمكن التمتع بفوائد من أصولها الهامة. وسيتم إنفاق المليارات من الدولارات المتولدة من إدارة مواردها الطبيعية على التعليم والصحة والدفاع و البنية التحتية ، وتخفيف وطأة الفقر. ان الخلافة أيضا فرض حظر على جميع أشكال تراكم الثروة، و تأكد من أن الثروة توزع بين الناس ، وتوفير الحوافز للإنفاق والاستثمار في مجال الأعمال التجارية . تم دمج هذا مع السياسة الاقتصادية التي يحظر الاستثمار الأجنبي الثقيلة في تطوير البنية التحتية والزراعة والصناعة والتكنولوجيا. وفي الوقت نفسه، يتم التحكم التجارة الخارجية تماما من قبل الدولة ، ويهدف إلى تعزيز الاستقرار السياسي في البلاد، و الدعوة للإسلام، و الاقتصاد المحلي .
3 . يضع الخلافة الأساس الرئيسي لسياستها الاقتصادية على تلبية احتياجات الناس . فإن الخلافة تنفيذ النظام الاقتصادي الإسلامي الذي يضمن الوفاء بجميع الاحتياجات ( الأساسية ) الأساسية لكل فرد في المجتمع وتمكنهم من الحصول على الكماليات. في كتاب الله Amwaal من أبو عبيدة ، وقد قيل أن خليفة عمر بن الخطاب قال مرة واحدة موظفيه المسؤول عن توزيع الصدقة : " إذا كنت لا تعطي ، وجعلها كافية "، ثم قال مرة أخرى، "أعطوا الصدقات لل مرارا وتكرارا حتى ولو واحد منهم كان لهم مائة من الإبل . " ما شاء الله ! كحاكم للدولة ، وقال انه ينفذ السياسة الاقتصادية الإسلامية التي تكفل تحقيق الاحتياجات الأساسية للشعب . انه ممول أيضا الزواج من المسلمين الذين لا يستطيعون تحمل نفقات الزواج ، دفع ديونهم ، و تقديم الدعم المالي للمزارعين ل زراعة أراضيهم . وبالمثل ، فإن الخلافة المقبلة ضمان ليس فقط الناس لديهم تلبية احتياجاتهم ولكن أيضا جعلها مكتفية ذاتيا من خلال منح أو قروض بدون فوائد ل زراعة أراضيهم أو توفير رأس المال لأعمالهم.

4 . الخلافة يمجد ويحمي المرأة ودورها الأمومة . الإسلام هو أيديولوجية الذي يضع حماية شرف المرأة كأولوية. وينظر على أنها الكرامة التي يجب حمايتها و الحفاظ عليها و ماليا لا ينظر إليها على أنها عمالة رخيصة . وبالتالي فإن الخلافة الحفاظ على شرف المرأة و سيجعلهم NEVER كسلعة التجارة الدولية. في حياة دولة الخلافة ، والعمل هو مجرد خيار للمرأة ، وليس شيئا أجبر عليها بسبب مطالب المصاعب الاقتصادية . إذا أرادت ، وقالت انها قد تعمل . إذا كانت لا تريد أن تعمل ، وقالت انها ليست لضغوط للقيام بذلك. في الخلافة ، وهذا الخيار يمكن أن تؤخذ بحرية من قبل النساء، لأن الإسلام يضمن الاحتياجات الأساسية للمرأة من خلال إلزام الزوج أو الأب لتوفير لعائلاتهم ، أو إلزام أحد الأقارب الذكور للحفاظ ماليا قريباتهم عندما يكون لديهم بلا زوج أو الأب ، أو أنها موجودة ولكن لا يمكن أن توفر بشكل كاف. بالإضافة إلى ذلك، دولة الخلافة يدعم ماليا النساء الضعيفات الذين ليس لديهم أي شخص لضمان أمنهم الاقتصادي مثل الأرامل الفقراء ، وفقا لكلام الله ( سبحانه وتعالى ) ،
( ( وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف لا تكلف نفس إلا وسعها لا تضار والدة بولدها ولا مولود له بولده وعلى الوارث مثل ذلك ) )
" ... يجب على والد الطفل على تحمل كلفة الغذاء والكساء الأم على أساس معقول . لا يجوز لأي شخص لديهم العبء عليه أكبر مما كان يمكن تحمله. يجب أن يعالج أي الأم ظلما على حساب طفلها، ولا الأب على حساب من ولده . و على وريث ( والده) واجب مثل من أن (الذي كان لزاما على الأب) " . [ TMQ سورة البقرة : 233 ]
وبالاضافة الى ذلك ، والمرأة في نظر الإسلام لها دور حرجة للغاية مثل الأمهات اللواتي يلدن ل وتثقيف جيل المستقبل . في أيدي النساء ستتشكل أفضل جيل أو khairu الأمة أن الله ( سبحانه وتعالى ) قد ذكر في القرآن الكريم،
( ( كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منه المؤمنون وأكثرهم الفاسقون ) )
"أنتم خير أمة أنتجت [ كمثال ] للبشرية. كنت توجب ما هو حق و النهي عن الخطأ و يؤمنون بالله . إلا إذا كان أهل الكتاب قد يعتقد ، أنه كان من الأفضل بالنسبة لهم. ومن بين هؤلاء المؤمنين ، ولكن معظمهم من العصاة بتحد " . [ TMQ علي عمران: 110 ]
هذه الأمة بحاجة ماسة إلى القائد الذي سيجلب لهم للخروج من الظلمات إلى النور . و نحن بحاجة الأمهات الذين سوف تولد تلك القادة العظام . فإن الملايين من الأمهات اليوم الذين يواجهون الاستغلال الاقتصادي في جميع أنحاء العالم مسلم يكون قصة مختلفة تماما تحت ظلال الخلافة وهو نظام موثوق للغاية أن لديه نهج اجتازت اختبار الزمن في التعامل مع الفقر ، وخلق أجيال رائعة من الشباب ، و الحفاظ على شرف النساء.

One Response so far.